;

Minggu, 13 Januari 2013

Internet Friend 07

Minggu, 13 Januari 2013





Kali ini Rini akan menceritakan tentang si Bule satu-satunya yang pernah bercinta dengan Rini. Namanya Andrew, orang Belanda berumur 34 tahun. Kebetulan dia datang untuk liburan. Rini bertemu dengannya sebagai teman, tidak ada maksud apapun karena Rini sudah tidak mau membodohi diri sendiri dengan harapan harapan kosong yang pernah ada. Jadi, boleh dibilang Rini bercinta dengannya berdasarkan suka sama suka (waktu itu Rini sedang goyah banget sih, tidak peduli pada diri sendiri lagi.., dan memandang rendah diri sendiri).

Andrew sangat tinggi, hampir mencapai 2 meter lebih. Rini hanya mencapai di bawah dadanya saja. Matanya biru langit (tapi Rini lebih suka mata biru laut yang kelam), warna rambutnya coklat muda dan wajahnya biasa-biasa saja.

Malam itu aku menemani dia minum di cafe hotel tempat di mana dia menginap di daerah Matraman. Hotel baru yang cukup nyaman. Nama hotelnya aku sudah lupa tuh.., sepertinya aku sedikit mabuk ketika mengikutinya ke kamar untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan, kami berencana ke HardRock cafe (aku belum pernah ke sana).

Tapi ketika sampai di dalam kamarnya, aku langsung saja melepas sepatu hak tinggi yang menyiksaku. Kakiku terasa nyaman sekali ketika menapak karpet hotel yang dingin. Langsung saja aku menjatuhkan diri ke atas ranjang besar yang empuk sambil menyalakan TV. Enggan sekali rasanya bepergian apalagi sebenarnya aku kurang menyukai kehidupan malam, aku lebih suka menghabiskan waktu di kamar hotel untuk ngobrol dan nonton TV (seperti yang aku lakukan pada teman-teman chatting sebelum Andrew dan sesudah Ricky).

Andrew mengelus punggungku (aku berbaring telungkup saat itu) dan mengajakku pergi, kuulurkan waktu dengan mengatakan 15 menit lagi. Andrew terus mengelus punggungku yang kemudian diteruskan dengan remasan pada pantatku yang besar. Rasa ngantuk dan letih sudah merasukiku, mungkin karena minuman yang kuminum di cafe tadi. Kubiarkan dia meneruskan aksinya sementara aku terus menatap TV sambil berusaha untuk tetap terjaga.

Kurasakan tangannya menyelusup ke bawah t-shirt biru gelapku, telapak tangannya yang hangat menyentuh kulit punggungku yang dingin, terasa kehangatan yang nyaman. Begitu pandainya dia mengelus punggungku sambil memijit sampai akhirnya aku menikmatinya.

Andrew melihat sikap pasrahku memutuskan untuk berbuat lebih jauh, dia membalikkan tubuhku dan setengah menindihnya mulai mengelus perutku, lalu pelan-pelan tangannya naik ke atas menyentuh payudaraku.

Mataku tetap tertuju pada acara TV seolah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan. Terdengar suaranya membatalkan niat ke HardRock Cafe, lebih baik tinggal di kamar hotel dan menikmati moment yang menyenangkan.

Kutahu yang dia maksud, akupun hanya tersenyum tanpa mengalihkan perhatianku dari TV. tangannya menyelusup lagi ke balik t-shirt-ku dan langsung saja meremas buah dadaku yang masih berlindung di balik BH hitamku.

"Rini.., payudaramu besar dan lembut.." Andrew menyadari putingku bereaksi dengan sentuhan dan remasannya. "Juga sangat sensitif..." bisiknya lalu meloloskan t-shirt-ku dari kepalaku. Setelah tubuhku lolos dari t-shirt yang kupakai, kukembalikan pandangan mataku ke TV lagi, pasrah, itulah yang kulakukan!

Ketika aku merasakan bibirnya menyentuh putingku dengan BH yang masih melindungi, aku pun menutup mataku. Hatiku bergetar entah karena nikmat atau karena ragu. Andrew benar-benar pandai dalam merangsangku. Gerakan bibir dan giginya atas putingku benar-benar membuat kemaluanku langsung basah. Dengan bantuanku, dia meloloskan celana jeans-ku dan celana dalamku. Tinggallah diriku dengan BH saja di atas ranjang. Tapi BH-ku tidak bertahan lama, setelah Andrew puas menjilat pusar perutku sembari kedua tangannya meremas kedua buah dadaku, tiba-tiba saja kedua tangannya menarik penutup dadaku dengan cepat sehinnga BH-ku langsung saja lepas dari tubuhku.

Segera Andrew beranjak naik ke payudaraku. Seperti bayi yang kehausan, Andrew langsung saja mengisap putingku yang sudah ereksi sambil kedua tangannya meremas-remas pantatku. Kedua putingku dihisap secara bergantian oleh Andrew, bahkan kadang diremasnya dan berusaha disatukan kedua putingku sehingga dia dapat menjilat bersamaan. Akupun mulai benar-benar menikmati permainannya. TV tetap nyala tapi perhatianku sudah terpecah.

Andrew tampaknya senang melihat reaksiku, jilatannya turun ke bawah perutku lalu turun.., turun.., dan turun.. Andrew segera membuka kedua pahaku dan kemudian kurasakan hembusan nafasnya di sela-sela bulu jumbutku yang setengah menutupi kemaluanku. Tiba-tiba aku merinding karena geli.

Lidah Andrew segera menyapu bibir kemaluanku. Dia menjilati klitorisku sehingga membuat nafasku terasa berat dan memburu. Betapa berpengalamannya Andrew dalam hal beginian. Kurasakan dia memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang kemaluanku yang sudah makin terasa basah.

"Ahh.., oouuh..", rintihku nikmat ketika Andrew mengisap liang kewanitaanku dan menelan lendir yang keluar dari liang sorgaku. Setelah menghisap, dia menjilat lagi dan lendirku pun tidak habis-habisnya terus keluar. Kubuka lebih lebar lagi kakiku sehingga Andrew lebih mudah menjilat liang kewanitaanku sambil menusuk-nusuk jarinya yang besar ke dalam liang kewanitaanku.

"Oohh" Kugigit bibirku agar tidak merintih terlalu keras.
"Andrew.., ohh.., is sooo niceee..." rintihku sambil meremas rambutnya.

Andrew bertambah semangat, dia memasukkan jari telunjuknya juga. Akupun menjerit sedikit kaget. Gila, seperti batang kemaluan saja yang masuk, apalagi ditambah jilatan dan isapannya yang memabukkan.

Ingin rasanya aku segera menuntaskan permainan ini, tapi tidak dengan Andrew. setelah jarinya terus-menerus dikeluar-masukkan dalam liang kewanitaanku, langsung saja jari itu dimasukkan ke dalam mulutku sedangkan jari tangannya yang satunya langsung menggantikan menusuk-nusuk liang kewanitaanku.

Kuisap saja jari tangannya yang beraroma lendirku sendiri. Andrew menarik jarinya dari mulutku dan kembali menusukkannya ke dalam liang kenikmatanku lagi.
Akupun merintih semakin jadi, "Arrh..., arhrh..., arrhh..., oooh.., oooh.., Andreww"

Andrew penasaran aku tidak klimaks. Segera saja dengan jarinya dia menggunakan lendirku mengolesi lubang pantatku yang sebelumnya dia jilat dulu. Seumur hidup belum ada yang pernah menjilat lubang pantatku, Hanya Andrew yang melakukannya.

Setelah dia merasa lubang pantatku cukup basah oleh lendirku. segera saja dia memasukkan jari tengah tangan kanannya ke dalam lubang pantatku bersamaan jari tengah tangan kirinya menusuk masuk ke dalam liang kewanitaanku. Aku menjerit, "Akkkhh..., ouugghh.." antara sakit dan nikmat. Andrew langsung menggerakkan tangannya maju mundur sehingga aku merasa kedua lubang bagian bawahku ditusuk-tusuk, bukan tusukan pada lubang pantatku yang nikmat, tapi tusukan pada liang kewanitaanku yang nikmat apalagi jari jempolnya terkadang memijat klitorisku.

Andrew menghentikan semua kegiatannya lalu segera menelanjangi dirinya sementara aku tergeletak lemas di atas ranjang. Sempat kulihat batang kemaluannya yang besar dan panjang. Andrew lah yang mempunyai batang kemaluan yang terbesar dan terpanjang yang pernah kulihat. Andrew cepat sekali memasang kondom pada batang kemaluannya yang sudah keras itu.

Tanpa berkata apa-apa Andrew menjilat jari kakiku kemudian naik ke lututku kembali menjilat liang kewanitaanku sehingga aku merintih nikmat lagi. Tiba-tiba kedua tangannya mengenggam kedua pergelangan kakiku yang kemudian dilebarkan dan diangkat, pantatku terangkat dan jatuh ke atas pahanya, kurasakan kepala batang kemaluannya menyentuh bibir kewanitaanku.

Dia meletakkan kedua kakiku pada kedua bahunya. Dengan salah satu tangannya dia menuntun batang kemaluannya mengaruk-garuk dan menekan-nekan bibir kewanitaanku.. Aku merintih lagi, "Oooohh..., pleasee.., just do it..., hmmffh..."

Mendengar aku memohonnya, Andrew langsung saja menghentakkan pantatnya ke depan. Hentakan yang keras sekali sehingga langsung saja batang kemaluannya amblas masuk ke dalam liang kewanitaanku, sakiiit tapi tidak ingin dia berhenti di situ saja. Andrew membiarkan aku menarik nafas dulu, lalu segera dia mengoyangkan pantatnya maju mundur. Kurasakan batang kemaluannya yang besar dan keras itu 'menyiksa' liang kewanitaanku dengan ganas dan cepat.

"Oooohh.., Rini.., liang kewanitaanmu basah dan hangat.., uuggh.., ooohh.., yesss" Andrew mengerang tidak kalah kerasnya dengan diriku. Kuremas bantal yang berada di sampingku. Dinginnya AC dalam kamar tidak dapat mendinginkan nafsu Andrew dan diriku.

Permainan berlangsung cukup lama, ketika aku ingin klimaks, Andrew tiba-tiba melipat lututku sehingga pahaku menghimpit buah dadaku yang dari tadi bergerak naik turun. Ditusuk kembali batang kemaluannya ke dalam liang kewanitaanku yang terasa mekar dan panas.

"Ooouuccckh..., arrfffhh", Bersamaan kami mengerang dilanjutkan rintihan-rintihan, diiringn desahan nafas yang memburu dan berat, lebih dari 10 menit Andrew mengenjotku dengan posisi seperti itu sampai kemudian...
"Rini.., may i come nowww?.., uuugh.., uuggh.., uugghh.." Andrew sudah mau keluar sedangkan aku masih belum merasa akan klimaks, tapi tetap saja aku menganggukkan kepala.

Andrew mempercepat gerakannya lalu tak lama kemudian ia mengerang keras sekali. Kurasakan batang kemaluannya gemetaran dalam liang kewanitaanku, sampai akhirnya Andrew ambruk.

Malam itu, Andrew mengerjaiku sebanyak 3 kali dan tidak sekalipun aku klimaks. Untuk membahagiakannya aku pura-pura klimaks dan terus terang aku cukup terlatih dalam hal ini soalnya aku sering melakukannya pada permainanku yang terdahulu.

Andrew pun kembali ke Singapore, tempat di mana dia bekerja sebagai engineering. Akupun tidak pernah berniat mengontaknya begitu pula sebaliknya, yang terasa bagiku setelah itu adalah hambar. Tidak ada rasa kecewa ataupun sedih.


TAMAT

Oleh: mimi_manis@17tahun.com




TULISAN BERJALAN INI SILAHKAN DIISI DENGAN PESAN ANDA

NAMA ANDA - 08.02
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI