Di ceritaku yang terdahulu, aku bercerita tentang Francis, salah seorang teman internetku. Kali ini teman internetku yang lain, namanya Wong. Dia adalah teman internetku dari Malaysia, JB. Aku mengenalnya pada awal tahun 1998 dan bertemu dengannya setahun kemudian.
Ayahnya seorang yang cukup berada, makanya aku mengharapkan dapat meminjam uang darinya. Karena hutang yang melilitku benar-benar membuatku menemui jalan buntu. Sementara itu aku belum juga mendapat pekerjaan.
Wong usianya setahun lebih tua dariku. Sebelumnya aku sempat menjadi cybergf-nya. Tapi kemudian memutuskanku setelah 4 bulan kami bersama secara cyber. Terus terang saja, dia sering menelponku dari Malaysia ke Jakarta hanya untuk telepon seks denganku.
Di pertengahan tahun 1999, dia datang ke Jakarta menemani tamu ayahnya, entah dalam rangka apa. Dia menginap di salah satu hotel terkenal di Jakarta. Seperti layaknya aku menemui Francis dulu, tengah malam aku menunggunya di lobi hotel. Kami bertemu di lobi hotel tempat dia menginap. Kulitnya sedikit gelap untuk keturunan Chinese, well, aku pun demikian. Badannya tegap namun sedikit gemuk. Wajahnya tidaklah terlalu tampan.
Setelah menyalamiku, dia pun mengajakku ke kamar hotelnya. Kutahu apa yang akan terjadi dan aku bersedia menerima resikonya. Yang penting bagiku adalah mendapatkan sedikit pinjaman darinya. Gayanya yang begitu sombong tidak kupedulikan.
Di kamarnya kami nonton TV sambil ngobrol di atas sofa. Kamar yang di tempatinya cukup luas. Suasana begitu kaku sampai akhirnya dia menyuruhku melepaskan jaket kulitku (saat itu aku mengenakan jaket kulit, t-shirt dan jeans warna hitam). Aku pun melepaskan jaketku. Kutangkap matanya menatap buah dadaku yang ukurannya memang lumayan besar tapi kucuekin saja.
Dia mulai menanggalkan celana panjangnya yang berwarna coklat. Tinggallah celana pendek. Kemudian dia duduk lagi di sampingku. Kami kembali membicarakan tentang hutangku. Dia bilang akan mempertimbangkan akan membantuku atau tidak. Aku cuma bisa tersenyum kecut. Ingin rasanya aku menangis tapi kutahan.
Wong mengeluh merasa letih. Ditariknya tanganku mengikutinya ke atas ranjang. Dia minta aku memijitnya. Kuikuti keinginannya. Tubuhnya menelungkup di atas ranjang kemudian kedua tanganku mulai memijitnya.
Sekitar 15 menit aku memijat punggung, leher dan kakinya sampai akhirnya dia bilang cukup. Aku hendak beranjak kembali ke sofa, tapi tangannya menarikku kembali ke ranjang hingga tubuhku jatuh ke sampingnya. Akhirnya kubiarkan diriku berbaring di sampingnya sambil mataku menatap TV yang masih menyala. Aku pura-pura menikmati film yang sedang ditayangkan. Kurasakan dia mulai mendekapku selayaknya aku ini guling. Tangannya meraba buah dadaku. Jari-jarinya berkeliling di sekitar buah dadaku mencari putingku dan dia menemukannya. Karena putingku bereaksi dengan remasan tangannya atas buah dadaku.
Mataku tetap kutumpukan pada TV. Ia mulai mengesek-gesekkan batang kemaluannya ke pahaku. Nafasnya mulai memburu dan lidahnya mulai dimainkanya ke telingaku. Tanpa kuinginkan aku merasa cairan hangat keluar dari liang kewanitaanku menembus celana dalamku. Sepertinya aku mulai terangsang, apalagi jari-jarinya mulai meremas dan memilin putingku yang mengeras. Sepertinya dia tahu aku mulai terangsang. Tiba-tiba dia menciumku dengan mulutnya yang bau rokok. Lidahnya dijulurkannya sehingga mau tidak mau aku pun mengisap lidahnya. Wong melenguh, batang kemaluannya terus digeseknya ke pahaku. Aku merasakan batang kemaluannya sudah mengeras dan makin besar saja. Aku merasa tubuhku gemetaran karena terangsang. Dia menindihku dan menyingkap t-shirt-ku menutupi wajahku.
Tiba-tiba aku merasakan Wong menggigit putingku. Aku mengerang pelan kesakitan. Wong menarik 'piring' BH-ku ke bawah lalu yang kurasakan kemudian lidahnya dengan lincah menjilat-jilat putingku. Nafasku jadi semakin berat dan memburu. Rangsangan yang kudapat sungguh tidak terhingga enaknya. Lidahnya begitu kuat menjilat putingku bergantian. Dia mulai mengisap putingku, ditariknya putingku sembari terus mengisap. Aku mengerang nikmat, "Ohmm... uggghhm....."
Tidak lama kemudian dia berhenti mengisap putingku. Yang kutahu kemudian dia melepas celananya dan celana jeans-ku. Kami berdua telanjang bulat di atas ranjang yang empuk. Diremasnya buah dadaku dengan ganas sebelum mulutnya kembali melahap putingku bergantian. Dipeluknya diriku dan membalikkan badan sehingga kami berubah posisi.
Kini giliran tubuhku yang menindih tubuhnya. Instingku memberitahukan aku harus melayaninya. Kutarik putingku keluar dari mulutnya meskipun ia masih asyik mengisapnya. Aku mencium lehernya, putingku menyentuh puting kecilnya. Wong segera mendekapku. Kudorong tubuhnya setelah kuberikan cupang dekat bahunya. Lidahku berpindah memainkan putingnya. Kutekan lidahku ke puting susunya yang kecil mungil itu dan kujilat.. jilat.. jilat .. jilat dan isap.. isap.. isap. Kugigit putingnya pelan sambil jari kukuku sibuk menggaruk puting satunya. Kudengar dia mendesah keenakkan. Batang kemaluannya yang menyentuh perutku terasa makin tegang saja. Kucuekin batang kemaluannya untuk sementara selagi aku asyik mempermainkan putingnya.
"Hisap dong batang kemaluanku! ooohh", terdengar desahannya memintaku mengisap batang kemaluannya. Lidahku pun berpindah menjilat kepala kemaluannya. Baunya khas. Kujilat kepala batang kemaluannya. Kuisap kepala kemaluannya ke dalam mulutku. Lalu kudorong lidahku ke lubang spermanya. Tanganku meremas buah pelirnya pelan seakan-akan memijit. Aku tidak ingin bermain terlalu lama dalam oral seks kali ini. Aku segera merangkak ke atas tubuhnya, setengah berlutut di atas badannya. Kuarahkan batang kemaluannya mendekati liang kewanitaanku yang sudah basah sejak tadi. Tidak langsung kumasukkan, kugunakan kepala kemaluannya menggaruk-garuk bibir kewanitaanku dulu sehingga membuat Wong tambah terangsang dan merem-melek dibuatnya.
"Rin... Kita mulai yuk!" serunya, tiba-tiba mengangkat pantatnya sehingga batang kemaluan menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku. Bersamaan kami menjerit nikmat. Kudiamkan sebentar batang kemaluannya di liang kewanitaanku, lalu aku mulai mengangkat pantat sehingga batang kemaluannya mulai meninggalkan liang kewanitaanku dan kuturunkan pantatku lagi hingga batang kemaluannya masuk lagi menerobos masuk ke liang kewanitaanku yang hangat.
Aku mulai mengerakkan pantatku naik turun, buah dadaku yang besar juga naik turun, naik turun mengikuti gerakanku. Batang kemaluannya terus masuk.. keluar.. masuk.. keluar.. masuk.. keluar liang kewanitaanku. Gerakanku sengaja kulambat-lambati tapi kemudian akupun mempercepat gerakanku. Tangannya meremas pantatku sambil menolongku mempercepat genjotanku.
"Arrhh.. ooh.. oooh... ooohh.. yah.. ooohh... goyangin.. oooh..Riniii...kuperkosa kamu sekarang .. .arrrgghh... uugughh.. arrrgh!"
Wong terus mengerang keenakkan. Salah satunya meremas buat dadaku dan mencubit putingku. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan batang kemaluannya di dalam liang senggamaku, tiba-tiba Wong mengangkat pantatku, dilemparkannya tubuhku ke samping. Segera ia mengocok batang kenikmatannya dan spermanya keluar menembak ke arah perutku. Kulihat tubuh Wong mengejang. "Ooohhrrrh!", rupanya dia tidak mau aku hamil karena waktu itu kami tidak memakai kondom. Segera dia bangkit langsung ke kamar mandi membersihkan badannya. Setelah itu aku pun ikut membersihkan tubuhku. Di kamar mandi aku menangis tanpa suara, kugosok sabun berkali-kali membersihkan tubuhku. Betapa aku merasa hina dan kotor.
Setelah aku kembali berpakaian, Wong langsung menanyakan jam berapa aku akan pergi. Aku merasa tersinggung sekali hampir saja aku kembali menangis tapi berhasil kutahan. Aku bilang aku akan pergi menjelang pagi. Wong berjanji dia akan menghubungiku sebelum kembali ke Malaysia. Kuiyakan dengan anggukan kepala.
Wong memang meneleponku sebelum dia kembali ke Malaysia, JB. Katanya, dia baru akan membantuku kalau aku benar-benar sudah kepepet sampai ke pengadilan. Kembali lagi, aku cuman bisa tersenyum kecut.
Oleh: mimi_manis@17tahun.com |
|
NAMA ANDA
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|