Ini Catatan Ringan Tentang Ketidaksengajaan: Khairi Esa AnwarAnis Yuliana SamaraAh, tibatiba kau memelankan suarabahkan kata demi kata yang kau lafadzkanterkesan lirih dan kian lirihlalu, aku tahu berpasangpasang mata seksamapun terkesima menatap dua bola matamuaku bungkam, diam, tenggelam.Kau sihir aku dengan tutur sahajamubarangkali ini kali pertama aku bersua dengan penyair sepertimuya, pertama kali.Seketika,aku merenung, murung;tak tik tuk taktak tik tuk takwaktuku terpasungketika kau tembangkan satu puisi tentang ibu(liang telingaku sudah tak asing lagi)komatkamit bibirmu,uh, ada rahasia apa?—(kau berlayar sendirimengarungi ilusimu, imajinasimu dengan perahu puisimu)kau sebut namanama penyair;ada yang kutahu, beberapa tak kutahu(tahukah kamu,semakin aku memaku kakumengutuki nasibku sendiri)Kau, pantaskah aku mengenalmu?—di suatu entah, ketika kubisa mendaras puisipuisimukan kutulis apresiasi puisi untukmudan kulakonkan diksidiksi ciptaanmu.Disengaja atau tidak,itu bukan urusanku, demikian bukan urusanmu. Bukan.(Tuhan telah menitahkan untukku sebuah pesan ringandan aku tertatihtatih menuju cahaya katakatayang berpendar, berpijar di satu puisimu memburuderapderap nafasku)Kau ajarkan padaku mengeja cerita masa belia—(Ibu yang ‘semula’ tak kuingat lekat. Ayah yang tak mengalah pada lelah. Kini semula kujelma ‘setia’)Kusimpulkan;“Aku tak pernah sendirilantaran puisi ialah sunyi.Sedangkan antara aku, sendiri, puisi, sunyimerupakan empat kosakata yang belum sempurna kutafsirkan.”@PerpustakaanKecil/21.10.12http://oase.kompas.com/read/2012/10/30/2019455/Puisi-puisi.Anis.Yuliana.Samara
|
NAMA ANDA
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|