;

Senin, 24 Desember 2012

Fitness Centre 02

Senin, 24 Desember 2012




Budi setelah memarkir sedannya di garasi lalu menarik lenganku ke ruangan tengah dan langsung menciumiku. Aku yang belum terbiasa melakukannya di tempat terbuka agak kaget juga.
"Bud..., Bud, sabar..., ntar ketahuan orang lho..", ujarku.
Budi cuma tersenyum dan bilang, "Her..., ini rumah gue sendiri, dan gue cuman tinggal sendiri di sini..., nggak ada orang lain selain pembantu doang". Sambil mulai membuka bajuku. Budi menciumi leherku dengan nafsu yang membara. Lidahnya yang licin dan lincah itu menari-nari di seputar leher dan telingaku. Membuatku langsung terangsang dan tanpa sadar aku merintih, "Ahh..., hh..., ss..., Bud..., yes..., nikmat Bud", tangankupun tak mau kalah dengan membuka kancing demi kancing kemeja Budi. Kami telah bertelanjang dada, aku mulai menciumi leher Budi juga. Budi kelihatannya memberiku kesempatan untuk menjelajahi badannya yang sempurna itu.

Aku angkat badan Budi dan kubopong ke ruangan kamar tidur yang tak jauh dari ruang tengah itu. Kutidurkan Budi perlahan-lahan di atas spring bed. Lalu kututup pintu kamar dan kuredupkan lampu kamarnya. Aku mulai membuka sepatu dan celana jeansku. Budi memperhatikan gerakanku ini dan juga ikut membuka sepatu dan celananya. Saat aku mau membuka celana dalamku, Budi menarik tubuhku dan menindihnya. Rupanya Budi telah telanjang bulat dan penisnya telah begitu keras menekan perutku. Budi memandangiku", Herry, gue sukai loe saat pertama gue masuk gym itu!", katanya dengan lembut.

Tangannya dengan lembut membelai rambutku dan mengusap wajahku sambil masih menindih tubuhku. Baru ini aku tertegun, Budi yang selama beberapa menit yang lalu begitu kasar dan nafsu, kini begitu lembut. Budi lalu menundukkan kepalanya dan mendekatkan mulutnya ke mulutku. Sentuhan bibirnya yang basah membuatku otomatis membuka dan meyambut dengan ciuman. Lidahnya mulai menjelajah mulutku dan akupun tak mau ketinggalan. Kami berciuman dengan mesranya dan tanganku mengusap dan meraba punggung Budi.

Ciuman mesra berubah menjadi nafsu yang membara, dengan merenggut rambutku, Budi menciumi wajahku dan leherku penuh nafsu. Jilatan lidahnya begitu maut, membuatku seakan berada di awan..., melayang. Hembusan nafasnya yang panas di telingaku membuat buluku berdiri..., merasakan nikmat yang sangat. Tangan Budi yang lain dengan nafsunya meremas-remas paha dan buah pantatku sambil tetap menekan nekankan penis tegangnya ke penisku yang juga telah mencapai ketegangan yang sangat keras sekali.

Budi dan aku merintih kenikmatan. Hampir semua bagian wajah dan leherku telah dijelajahi oleh ujung lidahnya yang basah itu, menimbulkan suara-suara yang merangsang.
"Ohh Bud..., nikmat Bud..., teruskan yeeaahh..., hh..., Bud..., teruskan Bud...", rintihku.
"Ohh ok Her..., gue bikin eloe nikmat ntar..., sabar..., hh..., yess..., oohh", rintih Budi sambil terus menjilati leherku. Budi makin bernafsu mendengar rintihanku.

Kini jilatan Budi telah mulai merambah dadaku... Puting kiriku telah dikulumnya dan yang kanan diremas-remasnya dengan lembut. Jilatan lidah Budi membuatku menggerinjal tak karuan..., rasa geli dan nikmat menjadi satu. Goyangan pantat Budi yang makin keras membuatku tambah terangsang. Budi lalu menjilati dadaku dengan lidah yang basah Budi mulai menaik-turunkan wajahnya dengan lidah menyentuh dadaku ke arah lenganku. Seluruh dada dan ketiakku yang berbulu dijilati Budi dengan nafsunya.
"Her..., ahh ketiak loe baunya merangsang sekali..., gue suka..., aa..., hh..., hmm.." ujar Budi sambil terus menjilati ketiakku sebelah kiri. Tak puas dengan sebelah kiri, bagian kananpun tak luput dari rambahan lidahnya itu. Aku benar-benar tak sangup bernafas dengan sempurna saat itu. Budi begitu berpengalaman melakukan "foreplay".

Jilatan Budi kini mulai menjajah puting kananku. Dengan sedikit mengigit putingku yang sudah mengeras itu, Budi semakin memompa nafsuku ke tingkat yang di luar kemampuanku. Jilatan demi jilatan telah membuat seluruh sarafku tak befungsi dengan semestinya. Aku cuman pasrah saja. Budi mulai menurunkan kepalanya di areal perutku yang keras itu. Jilatan lidahnya membuatku menggeliat-geliat tak karuan. Hal ini membuat Budi semakin bernafsu dan menggelitik enam kotak di perutku itu. Rupanya Budi sangat terangsang dengan bentuk perutku yang rata, padat dan keras membentuk 6 kotak itu. Kadang-kadang Budi menggigiti perutku dengan lembutnya.

Setelah selesai bermain dengan perutku, Budi mulai menciumi tonjolan di celana dalamku yang belum sempat kubuka. Gesekan lidah budi dengan kain celana dalam telah menimbulkan gesekan pula pada permukaan penisku. Rasa nikmat menjalari dari ujung sampai ke pangkalnya yang ditumbuhi rambut lebat. Budi lalu menjilati selangkanganku pula dengan jilatan-jilatan mautnya yang membuatku meracau tak karuan lagi.
"Ohh Budd..., teruskaan..., sayy..., teruss..., enakk..., ohh..., hh...", rintihku meminta Budi untuk terus melakukan jilatannya.
Budi mulai pula menciumi pahaku. Ciuman disertai sedotan yang menimbulkan rasa geli plus nikmat itu dia lalukan mulai dari selangkanganku mengarah ke bawah. Aku semakin tidak bisa berpikir apa-apa hanya kenikmatan yang aku pikirkan saat itu.

Budi benar-benar ahlinya merangsang orang pikirku. Begitu beruntungnya cowok yang menjadi pacarnya, Budi yang bagitu tampan dan macho bertubuh atletis dan berbulu serta pintar dalam bermain seks. Siapapun tak akan menolak untuk menjadi cowoknya. Budi bahkan mengulum pergelangan jari kakiku ke mulutnya dan memainkan tiap jariku dengan lidahnya.
"Ahh..., oohh" rintihku.

Budi lalu menaikkan lagi wajahnya mendekati penisku. Dengan giginya ditariknya celana dalamku dan dalam tempo singkat, akupun sudah tak ubahnya bayi baru dilahirkan, telanjang bulat telentang pasrah. Budi tersenyum melihatku dalam posisi seperti sekarang. Aku memejamkan mataku dan pasrah akan tindakan Budi selanjutnya. Budi rupanya mengerti reaksi ini.

Budi mengambil guling dan meletakkan di bawah pantatku sehingga posisi pantatku sedikit lebih tinggi dari badanku. Lalu tanpa membuang sedikit waktu, Budi mulai menjilati ujung penisku yang mulai mengkilat oleh liurnya. Rasa nikmat benar-benar telah memenuhi benak dan otakku saat itu. Budi mengulum penisku dengan nikmatnya. Budi dengan perlahan namu pasti mulai memasukkan batang penisku ke dalam mulutnya sedikit demi sedikit penisku tenggelam ke dalam kerongkongannya. Semua batang kotolnya sepanjang 7 inch telah terbenam dalam mulutnya. Budi lalu mengeluarkannya lagi dan memasukkan perlahan lagi, makin lama makin cepat dan makin banyak liurnya yang menetes.
"Ahh..., oohh..., hh..., Budii..., aku tak kuat lagi Bud", Budi lalu menurunkan aktivitasnya. dan melepas penisku. Budi melihat adanya air semen (precum) yang keluar dari lubang pada ujung penisku. Dengan tersenyum dijilatnya cairan itu.
"Herr..., ouuhh nikmat banget rasanya." Lalu Budi mulai mengulum penisku lagi. Akupun mulai menggoyang goyangkan pantatku ke atas dan ke bawah untuk mengimbangi gerakan naik turun mulut Budi.

Aku lalu berusaha juga memegang penis Budi. Mengocoknya pelan-pelan. Budi yang menyadari itu lalu mengarahkan penisnya ke wajahku. Tanpa tunggu komando, semua batang penis 7,5 inch kutelan dan kubiarkan di dalam mulut tembus kerongkonganku sambil kumain mainkan lidahku. Budi giliran merintih, "Ahh...,ohh..., oughh..., Herr..., loe pinter juga tuh..., teruskan..., kulum terus Herr..., yes..., gituu..., ahh", rintih Budi memelas. Budi mulai menusuk-nusukan penisnya yang indah penuh dengan otot-otot itu keluar masuk mulutku. Posisi 69 ini berlangsung sekitar 15 menit dan Budi tiba-tiba menarik penisnya dari mulutku dan juga melepas penisku dari mulutnya.

Budi lalu menyuruhku membalikkan badanku. Dengan pantat yang masih menindih guling, posisi pantatku nungging ke atas. Rupanya Budi memang menginginkan hal ini. Dengan mesranya Budi mulai menciumi punggungku dengan jilatan dan ciuman mautnya. Mulutnya menurun terus sampai ke kedua bongkahan pantatku. Budi menggigiti pantatku dengan gemasnya, dan tangannya berusaha menyentuh lubang pantatku yang nungging itu. Jilatan Budi tiba-tiba saja menyentuh lubang pantatku.
"Auuhh..., Buddii..., apa yang kau lakukan say? Enak banget!", teriakku. Budi tak menghiraukan jeritanku ini. Dengan rakusnya lubang pantatku kini jadi sasaran lidahnya. Gerakan lidah naik turun di pantatku benar-benar membuat mani di dalam penisku mendesak minta keluar. Aku tak kuat lagi, Budi dengan lincahnya masih menjilati lubang pantatku itu.
"Budd..., aku mo muncrat nih..." teriakku.

Budi lalu berhenti. Memandangku dengan nafas tersengal-sengal kseperti abis lari 100 meter.
"Ok say..., kita mulai permainan kita ini." ujarnya sambil turun dari tempat tidur menuju ke laci di samping. Budi lalu mengeluarkan semacam pasta atau jelly dan kembali mendekatiku.

Aku mengerti bahwa Budi akan melakukan penetrasi ke dalam pantatku. Aku diam saja dan pasrah untuk di "fuck" oleh cowok setampan dan sekekar Budi. Budi mengeluarkan jelly dari tempatnya dan mengolesnya ke seluruh batang dan kepala penisnya yang sudah benar-benar tegak dan keras sekali itu. Lalu dia mendekatiku dan menindihku dengan mesranya.
"Her..., gue nafsu banget nih..., gue masukin loe boleh khan?" pinta Budi dengan lembutnya. Aku cuman mengangguk saja tak kuat untuk bersuara saking nikmatnya permainan pendahuluan yang dilakukan Budi.

Budi mulai menciumiku lagi dan kini lebih cepat mengarah ke penisku. Dengan tetap mengulum penis dan buah pelerku, Budi mulai mengusapkan jelly ke sekitar lubang pantatku yang memang menunggu ditusuk oleh kejantanannya. Belaian tangan dengan jelly di pantatku menimbulkkan rasa nikmat yang tiada tara bagiku, aku memejamkan mataku dan merintih meminta Budi segera menusukku. Tapi Budi lebih memilih untuk membuatku relax dahulu dengan tetap membelai buah pelerku dan menjilati penisku. Tiba-tiba saja satu ujung jarinya mulai menusuk ke lubangku dengan amat lembut dia memasukkan jarinya yang telah dilumuri jelly ke lubang pantatku. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Budipun dengan bersemangat mulai mengeluar masukkan jarinya ke dalam pantatku.

Setelah beberapa detik, Budi mulai menambah jarinya sehingga kini 2 jari yang ditusukkan ke pantatku. Dengan masih menciumi dan menjilati buah pelirku, Budi mulai melakukan aksi tusukannya. Sampai akhirnya kulihat Budi sudah tidak tahan lagi. Dia mencabut jarinya dan mulai menindih tubuhku. Dengan ciuman mesranya Budi mulai menuntun penisnya yang berdenyut-denyut dan mengkilat itu ke arah pantatku. Kubantu dengan mengarahkan ke lubanganya.

Begitu ujung penisnya menyentuh lubang pantatku, aku mengangguk ke arah Budi.
"Bud..., udah..., pelan-pelan ya..." pintaku. Budi mengangguk dan mulai menggerakkan pantatnya ke arahku. penis yang begitu besar dan mengkilat oleh jelly itu mulai menyentuh pantatku dan dengan hebatnya menerobos pertahanan di ujung lubangku. Masuk dengan indahnya meluncur perlahan meninggalkan gesekan-gesekan nikmat di seluruh dinding pantatku. Budi merintih kenikmatan saat separuh penisnya telah terbenam di dalam hangatnya pantatku.
"Ohh..., Her..., nikmat banget pantat loe..., yeahh..., yess..., oohh". Budi terus menusuk pantatku dengan gagahnya. Saat semua penisnya terbenam di pantatku, Budi melenguh keras, "yess..., nikmatt Herryy..., sayangkuu".

Budi terdiam sesaat merasakan nikmatnya kehangatan pantatku. Lalu di mulai menggerakkan pantatnya yang indah itu keluar masuk lubang pantatku. Besarnya penis Budi membuat lubang pantatku benar-benar seret dan menimbulkan bunyi yang merangsang. Budi makin mempercepat gerakannya. Akupun tak tinggal diam dengan ikutan ngocok penisku yang sudah dari tadi kepingin memuncratkan mani. Budi menggerakkan pantatnya dengan indahnya, meliuk-liuk dan kadang-kadang melakukan sentakan-sentakan nikmat yang memacuku untuk mencapai puncak kenikmatan.

Budi rupanya juga kepengin merasakan keperkasaan penisku. Budi lalu mencabut penisnya dari lubang pantatku dan melumuri penisku dengan jelly dan juga lubang pantatnya. Budi lalu mengambil posisi nungging dan menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam pantatnya. Dengan posisi yang nungging, penisku begitu mudah masuk dan langsung menghunjam sampai seluruhnya terbenam masuk dan menikmati kehangatan lubang pantat Budi. Aku lalu mulai menggoyangkan pantatku keluar masuk dengan lincah.
"Ahh Budd..., nikmat banget pantat kamu ini..., nikmat sekali", rintihku. Budi juga mengimbangi goyanganku dengan goyangannya yang tak kalah menimbulkan nikmat juga. Sambil ngocok penisnya Budi merintih-rintih. Aku semakin mempercepat gerakannya dan Budipun juga.
"Herr..., gue pengin keluar di pantat loe..., boleh?" tanya Budi tiba-tiba. Aku setuju dan mencabut penisku segera. Budipun mengambil alih dengan memasukkan lagi penisnya ke pantatku. Gesekan yang nikmat melandaku lagi. Budi lalu dengan cepatnya merojok pantatku dan kulihat dia mulai meracau.

Aku merasakan bahwa Budi sudah mendekati puncak karena gerakannya semaik cepat dan denyutan penis di pantatku makin cepat.
"Bud..., kita keluar bareng ya...", pintaku.
"Ok Herr..., kita muncratkan bareng", ujarnya diantara nafasnya yang tersengal-sengal oleh nafsu membara. Budi mengangkat pahaku dan sedikit mengangkat pantatku naik ke atas dengan tusukan yang semakin menggila cepatnya. Akupun merasakan bahwa maniku sudah mulai mendesak desak mau keluar.
"Bud aku mau keluar nih..., kamu gimana?", tanyaku.
"Herr..., aku juga mau keluar nih..., cepetan kita keluarin bareng" balas Budi.
Budi tiba-tiba melenguh keras sekali dan menghentak hentakkan pantatnya ke lubangku dengan kerasnya, akupun mengocok dengan cepatnya. Saat itu maniku meluncur dengan cepatnya di dalam batang penisku, "Budd... akuu keluarr" jeritku.
"Her..., gue juga..., aahh", teriak Budi. Dengan hentakan terakhir yang sangat keras, Budi menembakkan mani banyak sekali di dalam lubang pantatku dan akupun memuncratkan mani di atas perutku dan sebagian muncrat ke dada dan wajahku.
"Ahh..., yes..., nikmat sekalii", hampir berbarengan aku dan Budi mengucapkan kata itu. Budi masih sempat memberikan beberapa kali gerakan tusukan sebelum akhirnya lemas lunglai di atas tubuhku. Maniku yang tersebar di atas perut dan dadaku kini mencampur dengan keringat di dadanya. Budi menciumku dengan mesranya.
"Her, thanks ya". Akupun mengangguk.

Setelah beberapa menit kami terdiam, akhirnya Budi mengajakku untuk mandi bareng di kamar mandi yang ada di dalam kamar itu juga. Sambil berpelukan kami masuk ke kamar mandi dan mandi bareng. Kita saling menggosokin badan masing-masing dan berpelukan.
Setelah selesai mandi dan mengenakan baju, Budi tiba-tiba saja memelukku dan membisikan kata-kata yang memang menjadi angan-anganku, "Her, gue minta eloe jadi cowok gue, mau ya". Dengan wajah meminta dan memang akupun kepengin mengucapkan kata-kata itu, aku menganggukan kepala mengiyakannya. Budi langsung tertawa dan menciumiku lagi dan memelukku serasa mau meremukkan. Malam aku menginap di rumah Budi.
Maka sejak saat itulah aku dan Budi selalu fitness bareng, mandi bareng dan jalan kemanapun bareng..., sampe sekarang!


TAMAT


TULISAN BERJALAN INI SILAHKAN DIISI DENGAN PESAN ANDA

NAMA ANDA - 09.30
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI